A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia adalah makhluk historis. Manusia juga sebagai subyek dari arus sejarah tersebut yang selalu membuat peristiwa yang nantinya akan mengalami peningkatan menjadi sejarah. Sejak zaman dahulu kala pengamatan terhadap peristiwa yang terjadi tidak ada henti-hentinya, ada usaha untuk mencari hakekat dari peristiwa tersebut dan merenungi maksud yang sebenarnya dari factor-faktor kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Setiap manusia memiliki sejarahnya masing-masing dan tidak ada larangan jika setiap orang menulis kejadian-kejadian yang dia alami yang dianggapnya merupakan peristiwa yang paling penting dan berarti.
Keadaan diatas tadi memang merupakan realita yang real. Namun disini saya akan sedikit mengulas persepsi sejarah menurut seorang cendikiawan muslim yaitu Ibn Khaldun. Dalam memahami perjalanan sejarah dia berpendapat bahwa sejarah bergerak sesuai dengan tahapan-tahapan ilmiah seperti yang terjadi pada individu manusia. Peranan Ibn Khaldun sebagai teoritisi filsafat sejarah tentu tidak dapat diabaikan. Ibn Khaldun dalam kitab Muqaddimah telah menyajikan pengetahuan yang begitu luas di bidang sejarah, filsafat, logika, pendidikan, ekonomi, geografi, serta bagaimana keadaan diluar dan didalam arab.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Biografi Ibn Khaldun
2. Bagaimana pemikiran Ibn Khaldun soal sejarah
3. Bagaimana pemikiran Ibn Khaldun seputar perkembangan sejarah
4. Bagaimana pemikiran Ibn Khaldun soal siklus jatuh bangunnya sebuah Negara.
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibn Khaldun
Ibn Khaldun bernama lengkap Abu Zaid Abd-Ar-Rahman Ibn Khaldun (1332-1406), seorang sejarawan besar Islam pada abad pertengahan. Khaldun lahir pada 27 Mei 1332 di Tunis (sekarang Tunisia). Keluarga Ibn Khaldun berasal dari Hadramaut dan masih memiliki keturunan dengan Wail Bin Hajar, seorang sahabat Nabi SAW. Khaldun yang terlahir dari keluarga Arab-Spanyol sejak kecil sudah dekat dengan kehidupan intelektual dan politik. Ayahnya, Muhammad Bin Muhammad seorang mantan perwira militer yang gemar mempelajari ilmu hukum, teologi, dan sastra. Bahkan di usia 17, Khaldun telah menguasai ilmu Islam klasik termasuk ulum, aqliyah (ilmu kefilsafatan, tasawuf, dan metafisika). Tunisia ketika itu merupakan pusat para ulama dan sastrawan yang memungkinkan Ibn Khaldun muda banyak belajar dari mereka.[1]
Selain menggemari dunia pengetahuan, Khaldun juga terlibat dalam dunia politik. Ia pernah menjabat Shabib al’Allamah (penyimpan tanda tangan) pada pemerintahan Abu Muhammad ibn Tafrakin di Tunis padahal usianya baru 20 tahun. Namun situasi politik yang tidak menentu mempengaruhi karir hidupnya. Ketika ia menjabat sebagai sekretaris Kesultanan di Fez maroko, ia menerima tudingan Abu Inan sebagai komplotan politik yang hendak menyerang Sultan. Khaldun akhirnya masuk penjara selama 21 bulan gara-gara tudingan tersebut.
Kitab al-Ibar adalah sebuah panduan berharga bagi sejarah Muslim Afrika Utara. Namun demikian, keenam jilid lain pamornya kalah dengan Muqaddimah. Di dalamnya, Ibn Khaldun menggarisbawahi sejarah dan ilmu sosial bahwa ada kesinambungan antara abad kuno dan pertengahan dan sangat mencerminkan sosiologi modern. Ia percaya, masyarakat disatukan oleh kekuatan kesatuan sosial yang dapat ditingkatkan kesatuan beragama. Sedangkan perubahan sosial dan dinamika masyarakat mengikuti hukum empiris aktivitas dan iklim ekonomi yang sejalan dengan realitas.[2]
Sejarawan Arab yang hidup pada abad 14 ini telah memulai penulisan yang berkenaan dengan antopologi. Khaldun melakukan studi penting tentang faktor sosiologi, psikologi, dan faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pembangunan, perkembangan, dan jatuhnya peradaban. Khaldun menghasilkan keilmunamn yang obyektif, analitik, penggambaran etnografi keragaman kebudayaan di dunia Mediteranian, tetapi mereka juga terkadang menggunakan informasi dari sumber kedua.
lbn Khaldun seorang filsuf sejarah yg berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya salah seorang pemikir terkermuka yg pemah dilahirkan. Sebelum Khaldun sejarah hanya berkisar pada pencatatan sederhana dari kejadian-kejadian tanpa ada pembedaan antara yg fakta dan hasil rekaan. Sebagai pendiri ilmu pengetahuan sosiologi lbn Khaldun secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan utk mendukung kejadian-kejadian yg nyata. Seorang kritikus Barat terkemuka mengatakan “Tak ada satu pun dalam perbendaharaan sastra Kristen dari masa Abad Pertengahan yg pantas disejajarkan dgn sejarahnya lbn Khaldun dan tak satu pun sejarawan Kristen yg menulis sebuah versi dgn begitu gamblang dan tepat mengenai negara Islam.” Nenek moyang lbn Khaldun mungkin berasal dari golongan Arab Yaman di Hadramaut tapi ia dilahirkan di Tunis pada tanggal 27 Mei 1332 M. Di situlah keluarganya menetap setelah pindah dari Spanyol Moor.[3]
B. Pemikiran Ibn Khaldun
Selama abad pertengahan (abad 5- 15) ahli injil mendominasi pemikiran Eropa. Para pemikir Eropa masih berkutat pada pencarian hakikat manusia, yakni sekitar pertanyaan asal manusia dan perkembangan kultural. Mereka menjawab pertanyaan ini dengan jawaban masalah kepercayaan religius dan mengajukan ide bahwa keberadaan manusia dan semua perbedaan manusia adalah ciptaan Tuhan. Jawaban tersebut sangat teologis meskipun sudah ada keterbukaan berpikir dibandingkan dengan masa gelap Eropa.
Pada saat itulah (abad 14), Khaldun menulis sejarah universal yang mengungkapkan secara luar biasa luas mengenai kemampuan pembelajaran dan kemampuan yang tidak biasa dari Ibn Khaldun yang menyusun teori umum untuk perhitungan perkembangan politik dan sosial selama berabad-abad. Dia adalah seorang sejarawan muslim yang menyarankan alasan sosial dan ekonomi bagi perubahan sejarah.
a. Pemikiran Ibn Khaldun tentang Sejarah
Ibn Khaldun menerangkan bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat manusia atau peradaban dunia, perubahan-perubahan yang terjadi, perihal watak manusia (keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan), revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada lahirnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara, kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun kegiatan mereka dalam ilmu pengetahuan dan industri, serta perubahan di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pengertian Sejarah Universal yang menginginkan pemahaman atas keseluruhan pengalaman kehidupan masa lampau manusia secara total untuk melihatnya pesan-pesan perbedaan pada pesan yang berguna bagi masa depan. Dua masalah yang mendominasi penulisan sejarah universal:[4]
1. Pertama, ketersediaan kuantitas bahan dan keberagaman bahasa di mana di dalamnya tertulis mengimplikasikan bahwa sejarah universal mengambil bentuk kerja kolektif atau menjadi sejarah tangan kedua.
2. Kedua, prinsip dari seleksi yang dihubungkan dengan pemilihan studi untuk membentuk taksonomi sejarah yang sesuai. Unit-unit tersebut secara geografis (misal benua), periode, tahap perkembangan atau struktur, peristiwa penting, saling berhubungan (misalnya komunikasi, perjuangan bagi kekuatan dunia, atau perkembangan sistem ekonomi dunia), peradaban atau kebudayaan, kekaisaran dan negara bangsa, atau komunitas terpilih.
Pendek kata, bagi Khaldun, ekonomi, alam, dan agama merupakan kesatuan yang memengaruhi gerak sejarah. Teori siklus gerak sejarah sebagaimana yang dia pikirkan didasarkan pada adanya kesamaan sebagian masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Teori ini sebenarnya merupakan tafsir atas pemikiran Khladun, Khladun sendiri sebenarnya tidak menyampaikannya secara eksplisit. Satu hal yang disampaikan Khaldun secara eksplisit adalah pemikirannya tentang sejarah kritis.
Sebelum dia sejarah hanyalah sekadar deretan peristiwa yang dicatat secara kasar tanpa membedakan mana yang fakta dan mana pula yang bukan fakta. lbn Khaldun sangat menonjol di antara sejarawan lainnya karena memperlakukan sejarah sebagai ilmu tidak hanya sebagai dongeng. Dia menulis sejarah dengan metodenya yang baru utk menerangkan memberi alasan dan mengembangkannya sebagai sebuah filsafat sosial. Ketika menerangkan tentang seni menulis sejarah lbn Khaldun berkata dalam bukunya Muqaddimah “Hanya dengan penelitian yang saksama dan penerapan yang terjaga baik kita bisa menemukan kebenaran serta menjaga diri kita sendiri dari kekhilafan dan kesalahan.
Ibn Khaldun menyatakan bahwa sejarah pada hakikatnya adalah catatan mengenai umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi pada watak masyarakat (peradaban) itu. Manusia bersifat madaniyah (politis, sipil) menurut tabiatnya, karenanya ia membutuhkan organisasi sosial. Perbedaan organisasi sosial manusia adalah akibat perbedaan cara memperoleh penghidupan (ekonomi). Perbedaan cara memperoleh penghidupan berkembang seturut waktu (berubah). Sehingga organisasi sosial manusia (masyarakat) berbeda-beda dan mengalami perubahan.
b. Pemikiran Ibn Khaldun soal Teori Perkembangan Sejarah
Ide-ide tentang perkembangan atau evolusi sejarah didasarkan pada adanya dua sudut pandang dalam mengkaji fenomena alam. Pertama, metode yang memandang alam sebagai sesuatu yang tidak berubah, dan bersifat statis. Metode ini disebut dengan metode metafisis. Kedua, metode yang memandang segala fenomena alam senantiasa mengalami perubahan dan metode ini disebut dengan metode dialektis.[5]
Jika kita memahami perjalanan sejarah manusia, maka akan ditemukan dalam proses tersebut kemajuan manusia. Tidak bisa kita pungkiri bahwa manusia dari waktu ke waktu sudah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat sekali. Dengan adanya modernism pada saat sekarang menandakan betapa berkembangnya peradaban ummat manusia dibandingkan satu abad yang lalu.
Teori perkembangan Ibn Khaldun meliputi perkembangan dalam fenomena alam dan fenomena social. Teori evolusi alam Ibn Khaldun bahkan dapat dianggap telah mendahului pandangan Charles Darwin dalam masalah evolusi. Lebih jauh Ibn Khaldun berpendapat bahwa fenomena-fenomena social tunduk pada hukum perkembangan. Bahkan perkembangan dalam fenomena social lebih jelas disbanding dalam fenomena alam. Konsep perkembangan menurut Ibn Khaldun terkandung dalam watak segala sesuatu.[6]
Pandangan Ibn Khaldun, mengenai ide perkembangan ternyata berpengaruh juga terhadap konstruk teorinya mengenai bangun jatuhnya suatu Negara. Ibn Khaldun menyerupakan umur Negara dengan kehidupan manusia. Ia mengemukakan bahwa Negara harus terus berkembang, sebab kehidupan berada dalam gerak dan perkembangan yang selalu berkesinambungan. Pengingkaran terhadap perkembangan berarti pengingkaan terhadap kehidupan. Perkembangan menurut Ibn Khaldun bercorak dialektis, artinya bahwa sejak penciptaannya dalam diri makhluk telah terkandung benih-benih kematian dan perkembangan yang tidak dapat dihentikan. Pada akhirnya akan menuju pada kematian yang pasti.[7]
c. Pemikiran Ibn Khaldun soal Siklus bangun jatuhnya Negara
Dalam konstruk pemikiran Ibn Khaldun istilah sebuah Negara bisa terbentuk pada tahap tertentu dari perkembangan masyarakat. Masyarakat primitive masih belum mengenal istilah Negara sama sekali, karena Negara terwujud hanya di masyarakat kota saja. Msyarakat yang ada di desa akan berpindah ke kota dengan beragam alasan dan akan menjadikan dia menjadi seorang masyarakat kota, dan kota pun nantinya akan banyak dan dipadati oleh orang desa tersebut.
Ibn Khaldun menyatakan teorinya tentang asal usul munculnya Negara dengan mengajukan dua premis. Premis pertama, berkenaan dengan masalah kesukuan dan solidaritas. Ia berpendapat bahwa orang tidak mungkin mendirikan Negara tanpa didukung oleh rasa persatuan dan solidaritas yang kuat. Premis kedua, bahwa dalam mendirikan Negara senantiasa dibutuhkan perjuangan yang hebat, suatu pertarungan hidup dan mati. Selain menekankan peranan solidaritas dan perjuangan yang hebat dalam mendirikan Negara, Ibn Khaldun berpendapat bahwa agama dapat memperkokoh kekuatan yang telah dipupuk oleh solidaritas[8]
Peranan solidaritas menurut Ibn Khaldun hanya dibutuhkan pada tahap-tahap pertama dalam pembangunan Negara, apabila Negara didirikan dan keadaan Negara telah menjadi stabil, maka kebutuhan kepada solidaritas baru berkurang. Ibn Khaldun menggambarkan proses perjalanan Negara seperti proses pendidikan, di mana factor kejiwaan memiliki peranan yang penting. Negara yang baru dibangun masih terasa asing bagi rakyat. Umumnya rakyat belum terbiasa patuh dengan kekuasaan yang baru dan asing, kecuali kepatuhan rakyat itu diperoleh melalui paksaan belaka.[9]
Mengenai Negara dan perkembangannya, menurut ibn Khaldun dapat dibagi menjadi lima tahap. Menurut ibn Khaldun Negara beralih dalam berbagai perkembangan dan kondisi-kondisi yang silih berganti. Perkembangan dan kondisi Negara umumnya tidak lebih dari lima tahap:
1. Tahap pendirian Negara. Negara hanya bisa ditegakkan dengan bantuan ‘ashabiyah. Dengan ‘ashabiyah orang akan bersatu dalam mencapai tujuan yang sama, mempertahankan diri dan mengalahkan musuh.
2. Tahap pemusatan kekuasaan atau disebut dengan tahap tirani. Menurut Ibn Khaldun tahap kedua ini diwarnai oleh adanya kemapanan kekuasaan, sehingga timbul keinginan pemegang kekuasaan untuk memonopoli kekuasaan.
3. Tahap kekosongan dan kesantaian untuk menikmati buah kekuasaan dengan menumpuk kekayaan, mengabadikan peninggalan serta meraih kemegahan. Menurut Ibn Khaldun tahap ketiga ini merupakan masa dimana Negara sedang dalam puncak perkembangan.
4. Tahap ketundukan dan kemalasan. Penguasa meniru tradisi-tradisi serta lembaga yang dibangun pendahulunya. Periode ini ditandai dengan kepuasan penguasa terhadap prestasi yang telah dicapai generasi sebelumnya.
5. Tahap pembubaran dan keruntuhan Negara. Selama tahap ini, penguasa menghambur-hamburkan uang untuk melampiaskan kesenangan diri dan pendukungnya.[10]
Negara memiliki umur, sebagaimana manusia. Siklus negara terdiri dari tiga generasi. Generasi pertama hidup dalam badawah yang keras dan jauh dari kemewahan, penuh dengan watak positif pengembara, ashabiah yang menyatukan masyarakat sangat kokoh dan memberi kekuatan dan kesanggupan untuk menguasai bangsa lain. Generasi kedua, generasi ini berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan negara, terjadi peralihan dari badawah kepada hadharah (kota). Kemewahan mulai muncul, rasa puas dengan apa yang dimiliki melonggarkan ashabiah. Rasa rendah dan suka menyerah juga mulai tampak. Generasi ketiga, generasi ini telah lupa pada peringkat hidup nomadik dan hidup kasar. Kemewahan telah merusak, karena besar dalam hidup yang senang dan gampang. Pada generasi ketiga ini negara mulai meluncur turun. Hingga nantinya negara hancur.[11]
Ibn Khaldun menyebutkan tanda-tanda Negara yang mendekati kehancuran. Diantaranya adalah kekurangan lapangan pekerjaan. Ibn Khaldun mengatakan: “Ketahuilah bahwa apabila kerja sudah tidak ada lagi, atau telah kurang, karena berkurangnya jumlah penduduk, maka itu berarti Allah telah mengizinkan agarlaba dihilangkan.” Dengan demikian keadaan suatu Negara yang sudah mencapai usia senja itu ditandai dengan terjadinya krisis ekonomi.[12] Factor-faktor lain yang dapat menyebabkan percepatan kehancuran suatu Negara adalah berhubungan dengan moralitas. Akhlak, budi pekerti dan kesusilaan yangterdapat dalam masyarakat makin lama makin menurun, sehingga menciptakan suat bentuk kebobrokan moral.
KESIMPULAN
Ibn Khaldun menyatakan bahwa sejarah pada hakikatnya adalah catatan mengenai umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan yang terjadi pada watak masyarakat (peradaban) itu. Baik catatan tentang masyarakat manusia atau peradaban dunia, perubahan-perubahan yang terjadi, perihal watak manusia (keliaran, keramahtamahan, solidaritas golongan), revolusi, dan pemberontakan-pemberontakan suatu kelompok kepada kepada kelompok lain yang berakibat pada lahirnya kerajaan-kerajaan dan negara-negara, kegiatan dan kedudukan orang.
Teori perkembangan Ibn Khaldun meliputi perkembangan dalam fenomena alam dan fenomena social. Teori evolusi alam Ibn Khaldun bahkan dapat dianggap telah mendahului pandangan Charles Darwin dalam masalah evolusi. Lebih jauh Ibn Khaldun berpendapat bahwa fenomena-fenomena social tunduk pada hukum perkembangan. Bahkan perkembangan dalam fenomena social lebih jelas disbanding dalam fenomena alam. Konsep perkembangan menurut Ibn Khaldun terkandung dalam watak segala sesuatu.
Mengenai Negara dan perkembangannya, menurut ibn Khaldun dapat dibagi menjadi lima tahap.
1. Tahap pendirian Negara
2. Tahap pemusatan kekuasaan atau disebut dengan tahap tirani. Menurut ibn Khaldun tahap kedua ini diwarnai oleh adanya kemapanan kekuasaan, sehingga timbul keinginan pemegang kekuasaan untuk memonopoli kekuasaan.
3. Tahap kekosongan dan kesantaian untuk menikmati buah kekuasaan dengan menumpuk kekayaan, mengabadikan peninggalan serta meraih kemegahan.
4. Tahap ketundukan dan kemalasan
5. Tahap pembubaran dan keruntuhan Negara
Negara memiliki umur, sebagaimana manusia. Siklus negara terdiri dari tiga generasi. Generasi pertama hidup dalam badawah yang keras dan jauh dari kemewahan, penuh dengan watak positif pengembara, ashabiah yang menyatukan masyarakat sangat kokoh dan memberi kekuatan dan kesanggupan untuk menguasai bangsa lain. Generasi kedua, generasi ini berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan negara, terjadi peralihan dari badawah kepada hadharah (kota). Kemewahan mulai muncul, rasa puas dengan apa yang dimiliki melonggarkan ashabiah. Rasa rendah dan suka menyerah juga mulai tampak. Generasi ketiga, generasi ini telah lupa pada peringkat hidup nomadik dan hidup kasar. Kemewahan telah merusak, karena besar dalam hidup yang senang dan gampang. Pada generasi ketiga ini negara mulai meluncur turun. Hingga nantinya negara hancur.
[1] Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi Islam; Dari Klasik Sampai Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), hlm. 65
[2] Ibid, hlm. 66
[3] Ibid, hlm 67
[4] Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, terj. Ahmad Rofi’i, (Bandung: Pustaka, 1987), hlm. 31-32
[5] Ibid, hlm. 76-77
[6] Biyanto, Teori Siklus Peradaban: Perspektif Ibn Khudun, (Surabaya: LPAM, 2004), hlm. 76
[7] Ibid, hlm. 68
[8] Charles Issawi, Filsafat Islam Tentang Sejarah, pent. A.Mukti Ali (Jakarta: Tinta Mas, 1976), hlm. 180
[9] Biyanto, Teori Siklus Peradaban: Perspektif Ibn Khaldun, hlm. 109
[10] Ibid, hlm. 111-114
[11] Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, terj. Ahmadi Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm. 170
[12] Biyanto, Teori Siklus Peradaban: Perspektif Ibn Khaldun, hlm. 124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar